Senin, 23 September 2013

Cara Membuat Sandal Lucu

[Image: image.php?dm=FSDS]
[Image: image.php?dm=QXJD]

[Image: image.php?dm=XGAL]
 


Persiapkan bahan untuk membuat sandal lucu :

  1. Sepasang sandal karet
  2. Sepasang boneka flanel (bisa Anda beli di toko perlengkapan aksesoris/alat jahit)
  3. Bahan kaos bercorak (bisa menggunakan kain kaos korea kiloan) buat ukuran lebar 3 cm dan panjang 60 cm sebanyak 2 helai
  4. Lem lilin (lem tembak).
  5. Apabila bahan sudah siap, mulailah dengan memberikan lem lilin atau lem tembak pada permukaan pangkal tali sandal.
  6. Setelah diberi lem, tempelkan ujung bahan kain kaos pada permukaan yang telah diberi lem, tekan-tekan sedikit sampai menempel kuat.
  7. Usahakan ujung bahan kain kaos tidak terlihat, agar lilitan Anda terlihat lebih rapi. Caranya, lilitkan 2 sampai 3 kali pada pangkal tali sandal kemudian lanjutkan lilitan berikutnya hingga seluruh permukaan tali sandal tertutup dengan rapi (pastikan semua permukaan tali telah Anda beri lem, tetapi lakukanlah secara bertahap karena lem tembak cepat kering).
  8. Lilitkan terus bahan kaos sampai bagian depan tali dan jangan lupa pada bagian depan tali (yang menyudut) lakukan pelilitan hingga 2 – 3 kali, agar ujung kain tidak terlihat.
    Bila proses pelilitan telah selesai, rapikan dengan menggunting kelebihan bahan kain kaos lalu lebihkan kain kira-kira 5 cm untuk pelilitan akhir (agar lebih rapi, usahakan ujung kain kaos berada di bawah permukaan tali sandal).
  9. Langkah berikutnya yaitu memberi lem pada sudut tali sandal untuk menempelkan boneka flanel yang sudah disiapkan.
  10. Agar lebih kuat, tambahkan pula lem pada bagian belakang boneka dan tekan kuat-kuat agar boneka terpasang dengan baik.

KEMISKINAN DAPAT MEMBUAT SESEORANG MENJADI KREATIF



Tokoh Kreatif

Ini adalah sebuah cerita yang dapat menjadikan inspirasi untuk semua orang, termasuk saya. Saya sangat mengagumi Om saya, sebut saja namanya W. Om W sangat kreatif dan sangat gigih menjalani kehidupan. Di mana Om W telah menciptakan suatu produk yaitu jamu. Ide ini didapatnya karena tekanan ekonomi yang sangat menjepit keluarganya. Dia harus menghidupi anak dan isterinya. Karena tak kunjung mendapatkan pekerjaan dia terus berfikir bagaimana caranya agar dia mendapat uang. Om W pun mulai memutuskan untuk membuat produk jamu. Dia terinspirasi oleh ibunya karena dulu ibunya sering sakit-sakit dan ia di suruh membuat jamu, karena untuk membeli obat mahal dan mereka tidak mempunyai uang.
            Om W mulai membuat ramuan jamu dan mencari bahan-bahan baku jamu, karena bahan-bahan baku jamu tidak terlalu mahal dan cukup dengan modal yang dia miliki saat itu. Pada awalnya jamunya hanya di kemas dalam plastik yang sangat sederhana dan hanya bisa di pasarkan ke tetangga-tetangga sekeliling rumahnya. Lama-kelamaan setelah jamunya mendapat nama, Om W pun mulai memutuskan memasarkannya di pasar tradisional.
            Jamu Om W pun sangat laku keras di pasarnya dan akhirnya dia mengubah bungkus jamu dengan yang lebih bagus, jamu yang di buatnya tidak hanya laku di daerah jawa saja melainkan menyebar di pulau Sumatra dan di lain-lain daerah.
            Dengan produk jamu yang telah di hasilkannya Om W menjadi pengusaha yang sukses. Dia dapat menguliahkan anak-anaknya di kedokteran. Dia mempunyai dua orang anak yang sekarang keduanya menjadi seorang dokter.
            Mungkin pengalaman Om W inilah yang membuat saya sangat mengaguminya.

Selasa, 17 September 2013

PENDEKATAN EMPAT P DALAM PENGEMBANGAN KREATIVITAS


            Kreativitas perlu dipupuk sejak dini dalam diri anak didik karena:
1.      Dengan berkreasi orang dapat mewujudkan (mengaktualisasikan) dirinya, dan aktualisasi merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tinggi dalam hidup manusia.
2.      Sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, merupakan bentuk pemikiran yang sampai pada saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan
3.      Bersibuk diri secara kreatif bukan hanya bermanfaat (bagi diri pribadi dan bagi lingkungan) tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu.
4.      Memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.
Teori tentang perkembangan pembentukan pribadi kreatif ada tiga yaitu:
1.      Teori psikoanalisis
a.       Teori Freud
b.      Teori Kris
c.       Teori Jung
2.      Teori humanistik
a.       Teori Maslow
b.      Teori rogers
3.      Ciri-ciri kepribadian kreatif
Sepuluh ciri-ciri pribadi kreatif yang diperoleh dari kelompok pakar psikologi (30 orang) sebagai berikut:
a.       Imajinatif
b.      Mempunyai prakarsa
c.       Mempunyai minat luas
d.      Mandiri dalm berfikir
e.       Melit
f.       Senang berpetualang
g.      Penuh energi
h.      Percaya diri
i.        Bersedian mengambil risiko
j.        Berani dalam pendirian dan keyakinan
Peringkat ciri siswa yang paling didinginkan oleh guru sekolah dasar dan sekolah menengah (102 orang)
a.       Penuh energi
b.      Mempunyai prakarsa
c.       Percaya diri
d.      Sopan
e.       Rajin
f.       Melaksanakan pekerjaan pada waktunya
g.      Sehat
h.      Berani dalam berpendapat
i.        Mempunyai ingatan baik
j.        Ulet
Teori-teori tentang “press” terbagi 2 yaitu:
1.      Motivasi untuk kreativitas
2.      Kondisi eksternal yang mendorong prilaku kreatif
a.       Keamanan psikologis
*      Menerima individu apa adanya
*      Mengusahakan suasana yang didalamnya evaluasi eksternal tidak ada
*      Memberikan pengertian secara empatis
b.      Kebebasan psikologis
Teori tentang proses kreatif ada dua yaitu :
Ø  Teori wallas
Ø  Teori tentang balahan otak kanan dan kiri
Teori tentang produk kreatif  meliputi tiga komponen yaitu :
v  Hukum paten dalam penilaian produk penemuan
v  Model dari besemer dan trefinger
v  Model penilaian kreativitas dalam mengarang
strategi 4p dalam pengembangan kreativitas yaitu :
a.       Pribadi
b.      Pendorong (Press)
c.       Proses
d.      Produk

Selasa, 10 September 2013

DASAR PERTIMBANGAN, KEBIJAKAN, DAN KONSEP KEBERBAKATAN DAN KREATIFITAS


A.Dasar Pertimbangan untuk Pengembangan Kreativitas
1.Hakikat Pendidikan
            Tujuan pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat. Setiap orang mempunyai bakat dan kemampuan yang berbeda-beda oleh karena itu setiap orang membutuhkan pendidikan yang berbeda-beda pula. Dulu orang bisa mengartikan “anak berbakat” sebagai anak yang memiliki tingkat kecerdasan (IQ) yang tinggi. Namaun sekarang semakin disadari bahwa yang menentukan keberbakatan bukan hanya intelegensi (kecerdasan) melainkan juga kreatifitas dan motivasi untuk berprestasi (defenisi Renzulli tentang keberbakatan, 1981)
2.Kebutuhan dan Kreatifitas
            Kemajuan teknologi yang meningkat disatu pihak dan ledakan penduduk disertai berkurangnya persediaan sumber-sumber alami dari lain pihak, lebih-lebih lagi menuntut adaptasi secara kreatif dan mampu untuk mencapai pemecahan yang imajinatif.
            Perhatian utama terhadap kreativitas dan kesadaran akan pertimbangannya bagi ilmu pengetahuan datang dari bidang luar psikologi. Perusahaan-perusahaan mengakui makna yang sangat besar dari gagasan-gagasan baru. Banyak departemen pemerintah mencari orang-orang yang memiliki potensi kreatif-inventif.
3.Kendala dalam Pengembanagan Kreatifitas
            Salah satu kendala konseptual utama terhadap studi kreativitas adalah pengertian kreativitas sebagai sifat yang diwarisi oleh orang yang berbakat luar biasa atau genius.
            Kendala konseptual lainnya terhadap ‘gerakan kreativitas’ terletak pada alat-alat ukur (tes) yang biasanya dipakai di sekolah-sekolah, yaitu tes intelegensi tradisionala yang mengukur kemampuan siswa untuk belajar, dan tes prestasi belajar untuk menilai kemajuan siswa selama program pendidikan.
4.Hubungan Kreatifitas – Intelegensi
            Hubungan anatara kreativitas dan intelegensi sangatlah meningkat, khususnya sejauh mana intelegensi berpengaruh terhadap kreativitas seseorang. Model struktur intelegensi membedakan anatara berfikir konvergen dan divergen. Kemampuan berfikir konvergen mendasari tes intelegensi tradisional dan kemampuan berfikir divergen merupakan indikator kreativitas.
            Sehubungan dengan masalah dimensionalitas intelegensi-kreativitas, dalam penelitian Utami Munandar (1977) dari hasil study korelasi dan analisis faktor membuktikan tes kreativitas sebagai dimensi fungsi kognitif yang relatif bersatu yang dapat dibedakan dari tes inteligensi, tetapi berfikir divergen (kreativitas) juga menunjukkan hubungan yang bermakna dengan berpikir konvergen (inteligensi).
5.Peran Inteligensi dan Kreatifitas Terhadap Prestasi Sekolah
            Torrance (1959), Getzels dan Jackson (1962), dan Yamamoto (1964) berdasarkan studinya masing-masing sampai pada kesimpulan yang sama, yaitu bahwa kelompok siswa yang kretivitasnya tinggi tidak berbeda dengan prestasi sekolah dati kelompok siswa yang inteligensinya relatif lebih tinggi. Penelitian Utami Munandar (1977) terhadap siswa SD dan SMP menunjukkan bahwa kreatifitas sama absahnya dengan inteligensi sebagai prediktor dari prestasi sekolah. Jika efek dari inteligensi dieliminasikan, hubungan antara inteligensi dan prestasi sekolah tetap substansial. Kombinasi dari inteligensi dan kreativitas lebih efektif lagi sebagai prediktor prestasi sekolah daripada masing-masing ukuran sendiri. Implikasinya terhadap pendidikan ialah bahwa untuk tujuan seleksi dan identifikasi bakat sebaiknya menggunakan kombinasi dari tes inteligensi dan tes kreativitas.
6.Sikap Kreatif Non-Aptitude Trait dari Kreativitas
            Ciri-ciri apitude dari kreativitas (berpikir kreatif) meliputi kelancaran, kelenturan (fleksibelitas), dan orisinalitas dalam berpikir, dan ciri-ciri ini dioprasionalisasikan dalam tes berpikir divergen. Namun produktivitas kreativ tidak sama dengan produktivitas divergen. Sejauh mana seseorang menghasilkan prestasi kreativ ikut ditentukan oleh ciri-ciri non-aptitude (afektif).
            Penelitian berdasarkan analisis faktor menunjukkan korelasi yang statis bermakna (signifikan) walaupun rendah, antara ciri-ciri non-aptitude atau efektif ini (seperti kepercayaan diri, keuletan, apresiasi estetik, kemandirian) dan ciri-ciri aptitude dari kreativitas (antara kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas dalam berpikir).
7.Sikap Guru dan Orang Tua Mengenai Kreativitas
            Yang dapat dilakukan oleh pendidik adalah mengembangkan sikap dan kemampuan anak didiknya yang dapat membantu untuk menghadapi persoalan-persoalan dimasa yang akan datang secara kreativ dan inventif. Menjejalkan bahan pengetahuan semata-mata tak akan banyak menolong anak didik, karena belum tentu dimasa mendatang ia dapat menggunakan informasi tersebut. Banyak orang memiliki benih-benih kekreatifan, tetapi lingkungan gagal untuk memberikan pupuk yang tepat untuk pertumbuhannya. Oleh karena itu, orang-orang ini tidak pernah hidup sepenuhnya.
B.Dasar Pertimbangan untuk Pendidikan Anak Berbakat
            Anak benar-benar berbakat maka ia akan dapat memenuhi kebutuhan pendidikannya sendiri.
C.Kebijakan
1.Kebijakan Tentang Pelayanan Pendidikan Anak Berbakat
            Karena peserta didik berbeda-beda dalam bakat, minat,dan kemampuan, maka implikasinya ialah bahwa perlakuan pendidik perlu disesuaikan dengan potensi setiap peserta didik.
2.Kebijakan tentang Pengembangan Kreativitas
            Pengembangan kreativitas hendaknya dimulai pada usia dini, yaitu dilingkungan keluarga sebagai tempat pendidikan pertama dan dalam pendidikan pra-sekolah.
3.Peran Kreativitas dalam Program Pendidikan Anka Berbakat
            Kreativitas hendaknya meresap dalam seluruh kurikulum dan iklim kelas melalui faktor-faktor seperti sikap menerima keunikan individu, pertanyaan yang berakhir terbuka, penjajakan dan kemungkinan membuat pilihan.


D.Konsep Kreatifitas
            Konsep kreatifitas meliputi, yaitu:
1.      Kreativitas dan aktualisasi diri
2.      Konsep kreativitas dengan pendekatan empat P, yaitu
a.defenisi pribadi
b.defenisi proses
c.defenisi produk
d.defenisi “press”
E.Konsep Anak Berbakat dan Keberbakatan (giftedness)
            Anak berbakat adalah mereka yamg oleh orang-orang profesional diidentifikasikan sebagai anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena mempunyai kemampuan-kemampuan yang unggul. Anak-anak tersebut memerlukan program pendidikan yang berdiferensiasi dan merealisasikan sumbanagan mereka terhadap masyarakat maupun untuk pengembangan diri sendiri.