A.Dasar
Pertimbangan untuk Pengembangan Kreativitas
1.Hakikat Pendidikan
Tujuan
pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak
didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga ia
dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan
pribadinya dan kebutuhan masyarakat. Setiap orang mempunyai bakat dan kemampuan
yang berbeda-beda oleh karena itu setiap orang membutuhkan pendidikan yang
berbeda-beda pula. Dulu orang bisa mengartikan “anak berbakat” sebagai anak
yang memiliki tingkat kecerdasan (IQ) yang tinggi. Namaun sekarang semakin
disadari bahwa yang menentukan keberbakatan bukan hanya intelegensi
(kecerdasan) melainkan juga kreatifitas dan motivasi untuk berprestasi
(defenisi Renzulli tentang keberbakatan, 1981)
2.Kebutuhan dan Kreatifitas
Kemajuan
teknologi yang meningkat disatu pihak dan ledakan penduduk disertai
berkurangnya persediaan sumber-sumber alami dari lain pihak, lebih-lebih lagi
menuntut adaptasi secara kreatif dan mampu untuk mencapai pemecahan yang
imajinatif.
Perhatian
utama terhadap kreativitas dan kesadaran akan pertimbangannya bagi ilmu
pengetahuan datang dari bidang luar psikologi. Perusahaan-perusahaan mengakui
makna yang sangat besar dari gagasan-gagasan baru. Banyak departemen pemerintah
mencari orang-orang yang memiliki potensi kreatif-inventif.
3.Kendala dalam Pengembanagan Kreatifitas
Salah
satu kendala konseptual utama terhadap studi kreativitas adalah pengertian
kreativitas sebagai sifat yang diwarisi oleh orang yang berbakat luar biasa
atau genius.
Kendala
konseptual lainnya terhadap ‘gerakan kreativitas’ terletak pada alat-alat ukur
(tes) yang biasanya dipakai di sekolah-sekolah, yaitu tes intelegensi
tradisionala yang mengukur kemampuan siswa untuk belajar, dan tes prestasi
belajar untuk menilai kemajuan siswa selama program pendidikan.
4.Hubungan Kreatifitas – Intelegensi
Hubungan
anatara kreativitas dan intelegensi sangatlah meningkat, khususnya sejauh mana
intelegensi berpengaruh terhadap kreativitas seseorang. Model struktur
intelegensi membedakan anatara berfikir konvergen dan divergen. Kemampuan
berfikir konvergen mendasari tes intelegensi tradisional dan kemampuan berfikir
divergen merupakan indikator kreativitas.
Sehubungan
dengan masalah dimensionalitas intelegensi-kreativitas, dalam penelitian Utami
Munandar (1977) dari hasil study korelasi dan analisis faktor membuktikan tes
kreativitas sebagai dimensi fungsi kognitif yang relatif bersatu yang dapat
dibedakan dari tes inteligensi, tetapi berfikir divergen (kreativitas) juga
menunjukkan hubungan yang bermakna dengan berpikir konvergen (inteligensi).
5.Peran Inteligensi dan Kreatifitas Terhadap Prestasi
Sekolah
Torrance
(1959), Getzels dan Jackson (1962), dan Yamamoto (1964) berdasarkan studinya
masing-masing sampai pada kesimpulan yang sama, yaitu bahwa kelompok siswa yang
kretivitasnya tinggi tidak berbeda dengan prestasi sekolah dati kelompok siswa
yang inteligensinya relatif lebih tinggi. Penelitian Utami Munandar (1977)
terhadap siswa SD dan SMP menunjukkan bahwa kreatifitas sama absahnya dengan
inteligensi sebagai prediktor dari prestasi sekolah. Jika efek dari inteligensi
dieliminasikan, hubungan antara inteligensi dan prestasi sekolah tetap
substansial. Kombinasi dari inteligensi dan kreativitas lebih efektif lagi
sebagai prediktor prestasi sekolah daripada masing-masing ukuran sendiri.
Implikasinya terhadap pendidikan ialah bahwa untuk tujuan seleksi dan identifikasi
bakat sebaiknya menggunakan kombinasi dari tes inteligensi dan tes kreativitas.
6.Sikap Kreatif Non-Aptitude Trait dari Kreativitas
Ciri-ciri
apitude dari kreativitas (berpikir
kreatif) meliputi kelancaran, kelenturan (fleksibelitas), dan orisinalitas
dalam berpikir, dan ciri-ciri ini dioprasionalisasikan dalam tes berpikir
divergen. Namun produktivitas kreativ tidak sama dengan produktivitas divergen.
Sejauh mana seseorang menghasilkan prestasi kreativ ikut ditentukan oleh
ciri-ciri non-aptitude (afektif).
Penelitian
berdasarkan analisis faktor menunjukkan korelasi yang statis bermakna
(signifikan) walaupun rendah, antara ciri-ciri non-aptitude atau efektif ini
(seperti kepercayaan diri, keuletan, apresiasi estetik, kemandirian) dan
ciri-ciri aptitude dari kreativitas (antara kelancaran, kelenturan, dan
orisinalitas dalam berpikir).
7.Sikap Guru dan Orang Tua Mengenai
Kreativitas
Yang
dapat dilakukan oleh pendidik adalah mengembangkan sikap dan kemampuan anak
didiknya yang dapat membantu untuk menghadapi persoalan-persoalan dimasa yang
akan datang secara kreativ dan inventif. Menjejalkan bahan pengetahuan
semata-mata tak akan banyak menolong anak didik, karena belum tentu dimasa
mendatang ia dapat menggunakan informasi tersebut. Banyak orang memiliki
benih-benih kekreatifan, tetapi lingkungan gagal untuk memberikan pupuk yang
tepat untuk pertumbuhannya. Oleh karena itu, orang-orang ini tidak pernah hidup
sepenuhnya.
B.Dasar
Pertimbangan untuk Pendidikan Anak Berbakat
Anak
benar-benar berbakat maka ia akan dapat memenuhi kebutuhan pendidikannya
sendiri.
C.Kebijakan
1.Kebijakan Tentang Pelayanan Pendidikan Anak
Berbakat
Karena
peserta didik berbeda-beda dalam bakat, minat,dan kemampuan, maka implikasinya
ialah bahwa perlakuan pendidik perlu disesuaikan dengan potensi setiap peserta
didik.
2.Kebijakan tentang Pengembangan Kreativitas
Pengembangan
kreativitas hendaknya dimulai pada usia dini, yaitu dilingkungan keluarga
sebagai tempat pendidikan pertama dan dalam pendidikan pra-sekolah.
3.Peran Kreativitas dalam Program Pendidikan Anka
Berbakat
Kreativitas
hendaknya meresap dalam seluruh kurikulum dan iklim kelas melalui faktor-faktor
seperti sikap menerima keunikan individu, pertanyaan yang berakhir terbuka,
penjajakan dan kemungkinan membuat pilihan.
D.Konsep
Kreatifitas
Konsep
kreatifitas meliputi, yaitu:
1.
Kreativitas
dan aktualisasi diri
2.
Konsep
kreativitas dengan pendekatan empat P, yaitu
a.defenisi pribadi
b.defenisi proses
c.defenisi produk
d.defenisi “press”
E.Konsep
Anak Berbakat dan Keberbakatan (giftedness)
Anak
berbakat adalah mereka yamg oleh orang-orang profesional diidentifikasikan
sebagai anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena mempunyai
kemampuan-kemampuan yang unggul. Anak-anak tersebut memerlukan program
pendidikan yang berdiferensiasi dan merealisasikan sumbanagan mereka terhadap
masyarakat maupun untuk pengembangan diri sendiri.