Jumat, 26 April 2013

PENGORBANAN SEORANG AYAH

Kejadian yang  tidak dapat saya lupakan sampai saat ini ialah pada saat saya baru masuk psikologi, dimana sewaktu menjelang tes kesehatan. Saat itu saya terkena penyakit demam berdarah, dan saya di haruskan rawat inap di salah satu rumah sakit di Kota Medan. Karena kondisi yang sangat lemah yang seharusnya trombosit yang normal 10000 tetapi trombosit darah saya hanta 1600.
 Pada saat itu saya merasa sangat terharu melihat kedua orang tua saya. Mereka sangat cemas terhadap saya. Dimana ayah saya lebih memilih meninggalkan pekerjaan berhari – hari demi menjaga saya di rumah sakit. Ayah menjaga saya tak kenal lelah dari mulai bangun hingga saya terlelap tidur. Ayah tidur di lantai dengan hanya menggunakan ambal yang di sediakan ibu saya. Namun biarpun begitu saya tidak melupakan perjuangan ibu saya juga, karena ibu saya juga sangat membuat saya terharu. Saya di paksa makan bubur hingga saya menangis sementara saya sangat tidak suka makan bubur. Namun ibu saya terus memaksa agar saya makan dan bisa mengonsumsi obat. Memang saya sangat terharu dengan kedua orang tua saya. tapi meskipun ibu saya ikut menjaga tetapi saya lebih terkesan dengan ayah. Karena terkadang ibu saya tidak sabar, sementara ayah sangat sabar. Sampai-sampai ayah rela meninggalkan pekerjaannya hingga berhari- hari yang sangat jarang dilakukan ayah saya. Padahal pada saat itu ayah saya diharuskan untuk mencari siswa/siswi baru bersama rekan-rekan kerjanya namun hal itu tidak diperdulikan lagi oleh ayah. Ayah saya seorang kepala sekolah di salah satu MTS swasta di tempat kelahiran saya yaitu kota Pematangsiantar. Biarpun saya sempat mengatakan “ ayah pulang aja ke siantar nyarik siswa baru” lalu ayah saya menjawab “ semua itu gag penting, yang terpenting buat ayah itu kesehatan kamu dan melihat kamu sembuh, ayah sangat sayang pada kamu, kamu adalah kebanggaan ayah, Ayah gag perduli sama urusan di luar sana sebelum kamu sembuh’’. Lalu saya menjawab ‘’mungkin saya hanya menyusahkan ayah dan ibu’’ lalu ayah saya berkata ‘’tidak kamu tidak menyusahkan semuanya, ini adalah salah satu cobaan Allah kepada kita, ayah akan selalu menjaga kamu, kamu adalah anak yang paling ayah sayangi dan ayah banggakan, Yang terpenting adalah kamu, oleh karena itu jangan pernah sekalipun kecewakan ayah”. Kata-kata itulah yang akan selalu saya ingat kini dan nanti.  Saat mendengar itu saya menangis karena betapa perdulinya orang tuaku pada saya. Dan kata-kata itulah yang akan menjadi pemacun semangat saya. Apalagi dalam kuliah, saya tidak akan pernah mengecewakan orangtua saya, terutama ayah saya.
 Kedua orang tua saya menjaga saya hingga berhari-hari di rumah sakit sampai akhirnya saya diperbolehkan pulang oleh dokter yang merawat saya selama di rumah sakit. Disinilah saya sangat merasakan betapa sayangnya orang tua saya terutama ayah saya.
 Demikian lah cerita yang paling mengesankan yang sampai saat ini tidak dapat saya lupakan dari perjuangan orang tua saya, terkhusus ayah saya tercinta.

DEMOKRASI VS MONARKI


NAMA            : PERMATA ISMAWARNI PUTRI PURBA
NIM                : 121301030
FAKULTAS    : PSIKOLOGI


DEMOKRASI VS MONARKI

Bahwa keluargaku berkehidupan dengan demokrasi. Dimana setiap anggota keluarga bebas mengutarakan pendapatnya dan mengekspresikan dirinya.
            Ayah saya bersuku batak. Walaupun suku batak mempunyai sifat yang keras dan tegas, tetapi ayah saya tidak seperti orang batak yang seperti biasanya. Ayah saya mempunyai jiwa yang lembut dan jarang sekali marah. Ya mungkin karena ayah saya pernah tinggal di jawa selama kurang lebih 10 tahun makanya terkadang orang mengira ayah saya bersuku jawa. Ayah saya seorang guru. Karena ia seorang pendidik ia mendidik anak-anaknya dengan sistem demokrasi. Dimana kami selaku anak-anaknya bebas berpendapat dan  bebas mengekspresikan diri masing-masing. Tetapi walaupun begitu tetap saja semua keputusan ada ditangan ayah saya. Dan jika kami berpendapat dan meminta sesuatu hal ayah selalu mendiskusikannya kepada seluruh anggota keluarga yaitu ibu, kedua abang dan saya, agar tidak terjadi salah paham dan tidak terjadi penyimpangan. Contohnya sewaktu saya mengambil jurusan psikologi awalnya ayah menentang saya tetapi karena saya berpendapat saya ingin sekali menjadi psikolog dan setelah di diskusikan kepada seluruh keluarga pada akhirnya saya diperbolohkan mengambil jurusan psikologi. Dan seperti sekarang ini akhirnya saya bisa kuliah di USU jurusan Psikologi.
            Ibu saya seorang ibi rumah tangga. Dimana ibu saya bersuku jawa. Banyak orang yang mengatakan suku jawa itu lemah lembut. Tetapi tetap saja ibu kami mendidik kami selaku anak-anaknya dengan tegas. Terkadang orang menyangka ibu saya adalah suku batak karena terkadang wajah dan sifat ibu saya seperti layaknya orang batak, ya mungkin karena ibu saya sudah lama tinggal di daerah batak. Ibu saya menganut sistem demokrasi seperti ayah saya. Ibu selalu membebaskan kami dalam berpendapat mengapresiasikan suatu ide atau hal-hal yang lainnya. Walau begitu ibu selalu menasehati kami jika pendapat kami kurang baik dan tidak dapat diterima dalam keluarga. Tapi terkadang ibu saya menganut sistem monarki dalam mencari pacar ataupun calon hidup. Seperti abang saya jika dia mempunyai pacar dan ibu saya tidak menyukainya abang saya tidak boleh pacaran dengan kekasihnya itu. Dan terkadang ibu saya menjodohkannya dengan pilihannya dan hal itu tidak boleh di bantah oleh abang saya. Apalagi terhadap saya ibu selalu mengatur apa yang harus saya lakukan dan kerjakan walau hal itu kadang tidak keinginan saya. Tetapi jika hal yang diperintahkan ibu saya tidak kami turuti dia akan marah besar kepada kami.
            Tetapi walaupun terkadang ibu saya menganut sistem monarki dan ayah saya menganut sistem demokrasi yang mutlak kami tetap menjadi keluarga yang bahagia. Ayah sering menasehati ibu secara pelan-pelan agar tidak terlalu memaksakan kehendaknya dengan anak-anaknya. Dan lama-kelamaan ibu akan sadar bahwa hal itu bisa membuat anaknya tertekan. Ya oleh karena itu sekarang ibu saya hampir tidak pernah menggunakan sistem monarki lagi. Dan kami menjadi keluarga yang harmonis, damai, sejahtera dan bahagia.

ANALISIS PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI ANAK


ANALISIS PERKEMBANGAN SOSIAL
EMOSI ANAK












 











OLEH
PERMATA ISMAWARNI PUTRI (12 1301 030)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah rahmat dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas.
Tugas ini disusun dalam rangka tugas UTS pada Mata Kuliah Psikologi Perkembangan. Dalam penjelasannya, tugas ini menguraikan sedikit banyak tentang materi Perkembangan Sosial Emosi Anak . Di dalammnya diuraikan secara terperinci tentang kerangka permasalahan mengenai kompetensi kepribadian, sosial dan profesional guru.
Penyusunan tugas ini tidak terlepas dari curahan perhatian, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak yang telah ikut berpartisipasi dalam merampungkan kesempurnaan penyelesaian tugas ini. Oleh karena itu, penyusun menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah berperan. Atas segala bantuan dan partisipasinya, semoga Allah SWT berkenan membalasnya dengan balasan kebaikan yang berlipat-lipat. Amiin…
Penyusun juga menyadari dengan sepenuhya bahwa penyusunan tugas ini masih jauh dari sempurna baik dari segi substansi maupun sistematikanya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sungguh sangat penyusun nantikan demi evaluasi di masa mendatang.  
 Medan,   April 2013

Penyusun







DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………………….i
Daftar Isi………………………………………………………………………………….ii
BAB I
1.1  Latar belakang………………………………………………………………………..1
1.2  Rumusan Masalah……………………………………………………………………1
1.3  Tujuan dan Manfaat Penulisan………………………………………………………1
BAB II
2.1 Perkembangan Sosial Emosi Anak………………………………………………….3
2.2 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Sosial Emosi Anak…………………………...4
BAB III
3.1 Memahami Emosi…………………………………………………………………..6
3.2 Peranan Keluarga pada Perkembangan Psikososial Anak………………………….6
3.3 Peranan lingkungan pada perkembangan psikososial emosi anak…………………7
3.4 Pengaruh teman bermain pada perkembangan psikososial emosi anak……………7
BAB IV
4.1 Kesimpulan………………………………………………………………………...8
4.2 Saran……………………………………………………………………………….8
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….9








BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Sosial emosi merupakan aspek psikis yang sangat berpengaruh pada anak. Dimana keadaan lingkungan berpengaruh terhadap perkembangan psikis anak. Seperti lingkungan kehidupan yang sangat sibuk berakibat buruk pada sosial emosi anak, yaitu anak lebih mudah kesal dan marah dalam menghadapi segala hal.
            Meskipun lingkungan sangat berpengaruh tetapi, ada yang tidak kalah pentingnya terhadap perkembangan sosial emosi anak yaitu pola asuh orang tua, dimana orang tualah yang menentukan anak menjadi pribadi yang baik atau buruk. Karena seorang anak yang baru lahir diibaratkan sebagai kertas putih dimana orang tualah yang melukis kertas putih dengan berbagai macam tinta, mau tinta kebaikan ataupun tinta keburukan.
            Pola perkembangan sosial anak diusia 4-5 tahun baik laki-laki maupun perempuan merupakan tahun penting bagi pertumbuhan psikososial mereka. Perkembangan emosiaonal anak dan pemahaman diri akan berakar pada pengalaman tahun-tahun tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1.      Bagaimana perkembangan psikososial pada masa kanak-kanak awal?
2.      Bagaimana peranan dan pengaruh lingkungan, keluarga, dan sosial pada perkembangan psikososial anak?
1.3 Tujuan dan Manfaat penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adlah untuk:
1.      Menjelaskan perkembangan psikososial pada masa kanak-kanak awal.
2.      Menjelaskan peranan dan pengaruh lingkungan, keluarga, dan sosial pada perkembangan psikososial anak.
Duharapkan dari penulisan makalah ini, pembaca dapat:
1.      Mengetahui perkembangan psikososial pada masa kanak-kanak awal.
2.      Mengetahui Peranan dan pengaruh lingkungan, keluarga, dan sosial pada perkembangan psikososial anak.






























BAB II
TEORI

Penelitian kepada 15 orang anak TK PAUD Siti Hajar Libuo Kec. Dungingi Kota Gorontalo yang  4 – 5 tahun dimana terdapat 7 orang anak didik yang berjenis kelamin laki – laki, dan 8 orang yang berjenis kelamin perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor,  yang mempengaruhi perkembangan sosial emosi anak.
2.1. Perkembangan  sosial  emosi  anak
Dari hasil yang di dapat ternyata dari kelima belas anak perkembangan sosial emosinya bersifat variatif, yaitu : sikap mandiri, mau berbagi, menolong, dan membantu teman, menunjukkan antuisme, percaya diri, dan menghargai orang lain dan sifat yang tidak tampak adalah dalam hal pengendalian perasaan, menaati aturan yang berlaku dalam suatu permainan dan menjaga diri sendiri dan lingkungan. Hal ini menjelaskan bahwa perkembangan anak bersifat kualitatif dan progresif, sesuatu yang terus berubah cepat, yang tampak tetapi dikendalikan dalam diri anak berupa emosi (Hurlock,1998)
Menurut Nugraha dan Rachmawaty  (2004) perilaku  yang  dapat dikembangakan  melalui bermain sosial adalah:
a. Sikap sosial  dari  egosentris  ke sosiosentris.  Dari hasil pengamatan  bisa dilihat  bahwa  anak-anak sudah bisa merubah sikap sosialnya  dari egosentris  ke sosiosentris,  tampak  pada perilaku mereka  yang  sebagian besar sudah mau berbagi,menolong, dan membantu  teman,
b. Belajar sosial.  Dari hasil  pengamatan  bisa dilihat bahwa anak sudah  mulai  belajar  bersosialisasidan berkomunikasi,  tampak pada perilaku  mereka yang sebagian sudah  mulai  menunjukkan  antuismenya dalam  bermain dalam  kelompok  sehingga  secara tidak  sadat  terjalin  kominikasi  dan sosialisasi.
c. Belajar berorganisasi, Dari  hasil pengamatan bisa dilihat  bahwa anak mulai belajar  mengorganisasi peran  yang dimainkan  dan membangun pemahaman yang baik  terhadap  teman bermain, tampak  pada perilaku  mereka  yang  sebagian besar  mulai  bisa  menghargai  orang lain walapun secara  sederhana  dengan menyapa  atau  senyum.
d. Menghargai harmonisasi  dan kompromi.  Bisa  dilihatdari  hasil pengamtan  bahwa  anak-anak  sudah mulai  belajar  memahami  peran  dalam sosialisasi dengan  lingkungan sekitarnya  sehingga dibutuhkan  harmonisasi,  tampak pada perilaku mereka yang  mulai  bisa menjaga  diri sendiri  dan lingkungan, walaupun  sebagian  anak ada juga yang  belum  kelihatan  bisa  menjaga  diri sendiri dan lingkungan.
            Dari hasil pengamatan, terlihat bahwa anak-anak dalam sosialisasinya dengan kelompok bermain tamapak terlibat konflik internal dengan dirinya sendiri dalam berprilaku. Dimana anak-anak sebagian besar masih berkomunikasi, bermain, dan belajar menggunakan emosi dalam sosialisasinya dengan kelompok bermain. Karena emosi berperan membentuk kepribadian seorang anak. 
2.2. Faktor-faktor  yang mempengaruhi  sosial emosi
a. Perkembangan  sosial anak  di kelompok  bermain sangat  dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan lingkungan diluar rumah.  Hal ini sejalan dengan  pendapat  Nugroho  dan rachmawaty (2004) yang menyatakan  bahwa  lingkungan keluarga  dan lingkungan  luar rumah  sangat mempengaruhi  perkembangan  sosial  anak.
 Lingkungan  keluarga  anak kelompok bermain yang  kurang  mendukung perkembangan  perilaku sosial anak membuat perilaku  anak  dalam sosialisasi  di kelompok bermain mengalami hambatan. Lingkungan keluarga  kelompok  bermain  sebagian  besar cenderung  tidak peduli terhadap sosialisasi anak,  selalu memanjakan anak,  orang  tua yang sibuk bekerja, dan lingkungan luar rumah yang cenderung  kurang  menghormati orang  lain membuat anak-anak  kelompok  bermain mengalami masalah  dalam  berintaraksi secara ideal di kelompok  bermain.
Kelompok  bermain  yang merupakan salah  satu lingkungan  luar  rumah  memberikan pengaruh  positif walaupun  belum  terlalu signifikan.  Hal ini tampak pada perilaku anak yang  suka berbagi, bersikap  mandiri,  dan  siap  bersaing dalam  bermain kelompok.  Anak-anak mulai terbiasa dengan perilaku prososial  dan dukungan  lingkungan  keluraga  diperlukan  untuk perubahan  secara  menyerluruh.
b. Perkembangan  emosi  anak dipengaruhi  oleh keadaan  internal  anak dan keadaan  lingkungan anak, Hal ini sejalan  dengan  Setiawan (dalam Nugraha dan Rachmawati, 2004), yang menyebutkan  bahwa perkembangan emosi anak  dipengaurhi  oleh faktor  keadaan  internal anak  dan lingkungan  keluarga.
                 Sebagian  besar  anak-anak  dalam kelompok bermain  cenderung memiliki lingkungan  keluarga  yang tidak peduli  dengan kondisi emosi anak,  sibuk  bekerja, pola pengasuhan  cenderung  bebas, dan lingkungan sekitarnya  yang  bebas  nyaris tanpa  nilai moral maupun  religious.  Sedikit banyaknya hal inilah yang  mempengaruhi  perkembangan emosi anak-anak  di  kelompok bermain. Perkembangan  emosi kearah positif  mulai tamapk saat anak  mulai  belajar sosialisasi dan mengendalikan  perasaan walapun masih butuh proses  yang sedikit  agak  lama.  Dibutuhkan dukungan keluarga yang  sangat  besar  untuk
bisa  mengembangakan  sosial  emosi anak lebih baik lagi.
Perkembangan  sosial emosi  anak  kelompok bermain juga dipengaruhi faktor-faktor  lain, misalnya fisik, mental, dan psikis  lainnya, misalnya rendah  diri dan konsep diri yang  kurang jelas. Hal ini dikarenakan sebagian besar  sosial  ekonomi  orang  tua anak berasal dari kalangan  bawah,  yang tentu  saja secara psikologis  berpengaruh  terhadap anak  tersebut.













BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Memahami Emosi
            Menurut Golemen emosi adalah suatu perasaan yang khas dimana kondisi biologis dan psikologis memiliki kecendrungan untuk bertindak.
            Memahami emosi anak membantu memandu prilaku mereka dalam situasi sosial dan untuk berbicara tentang perasaan, dimana dapat memungkinkan mereka untuk mengontrol cara menunjukkan perasaan orang lain.
            Pada usia 3 tahun, seorang anak akan memahami bahwa jika seseorang mendapat apa yang dia inginkan, maka ia akan sedih, walaupun demikian, mereka masih belum belum mendapatkan pemahaman penuh terhadap emosi pada diri seperti rasa malu dan rasa bangga, dan mereka memiliki kesulitan mendamaikan emosi yang saling berlawanan, seperti merasa bahagia mendapat tas baru tetapi kecewa karena warna tasnya tidak sesuai yang diharapkan.
3.2 Peranan Keluarga pada Perkembangan Psikososial Anak
            Pembentukan pengasuhan terhadap kepribadian anak laki-laki dan perempuan dimulai sejak dini. Seperti studi yang telah mengemukakan bahwa perlakuan pengasuhan lebih mempengaruhi.
            Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama dalam kehidupan anak. Dalam keluarga anak diajarkan untuk berinteraksi., bekerjasama, dan membantu orang lain. Pengalaman inilah yangb membantu anak belajar dan meniru prilaku sosial dari apa yang jadi pengamatan maupun dialami dalam lingkungan sosial keluarga.
            Pada masa kanak-kanak pengaruh orang tua sangat kuat. Orang tua memiliki hubungan yang kuat, dekat dan relatif lama dalam bersosialisasi dengan anak, sehingga kemampuan orang tua dalam memberikan rangsangan atau stimulus mempengaruhi kondisi sosial emosi anak.


3.3 Peranan lingkungan pada perkembangan psikososial emosi anak
            Lingkungan anak merupakan penentu sikap anak dan pola prilaku anak. Jika hubungan diluar rumah menyenangkan maka, anak akan menikmati hubungan sosial ini dan ingin mengulanginya.
            Apabila lingkungan diluar rumah baik dan nyaman maka anak akan menjadi pribadi yang baik, dan cendrung tidak menggunakan emosinya selalu dalam berinteraksi.
3.4 Pengaruh teman bermain pada perkembangan psikososial emosi anak.
            Pada masa kanak-kanak awal teman sebaya memberikan pengaruh besar. Apabila hubungan anak dan teman bermainnya kurang harmonis maka akan menimbulkan gangguan-gangguan prilaku pada anak.















BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
            Perkembangan emosi adalah suatu rangkaian perubahan yang terjadi pada perasaan individu sehingga memiliki kecendrungan untuk bertindak sebagai akibat dari kematangan dan pengalaman individu tersebut.
            Perkembangan psikososial emosi anak pada masa kanak-kanak sudah mulai tampak.
Faktor- faktor yang mempengaruhinya adalah kondisi internal, lingkungan keluarga, dan lingkungan sosial anak, baik itu masyarakat dan lingkungan bermain.
4.2 Saran
Pembaca hendaknya memahami dengan baik proses perkembangan psikososial emosi pada msa kanak-kanak awal, sebab masa kanak-kanak awal merupakan masa penting dalam perkembangan  dan pembentukan karakter individu














DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, E.B. 1998. Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga
Papalia, Diance E. (2009). Human Development. Jakarta : Mc Graww Hill
Goleman, D. 1995. Emosional Intelegence. Gramedia. Jakarta
Nugraha, A. dan Rachmawati, Y. 2004. Metode Pengembangan sosial emosional. Universitas       Terbuka. Jakarta