BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR
BELAKANG
Psikologi
merupakan ilmu pengetahuan yang
mempelajari manusia dan hubungannya
dengan lingkungannya. Manusia sebagai
objek material dalam pembelajaran ilmu psikologi tentu memiliki kepribadian dan
tingkah
laku yang berbeda
satu dengan yang lainnya. Manusia memiliki kecerdasan, akal pikiran, tingkah laku yang berbeda dari makhluk lainnya,
sehingga manusia merupakan makhluk yang sempurna baik fisik maupun mental. Keunggulan
manusia yang unik tersebut, menjadi objek pembelajaran ilmu pengetahuan terutama ilmu
psikologi.
Seiring dengan perkembangan zaman
dan berkembangnya rasa keingintahuan dalam memahami manusia, mulailah
bermunculan tokoh-tokoh beserta teori-teori dan aliran psikologi yang mendukung
penjelasan mengenai karakter, tingkah laku serta kejiwaan manusia. Setiap
aliran yang muncul memiliki paham, pengertian dan mekanisme yang berbeda terhadap objek
yang sama
yaitu manusia. Seperti aliran Struktualisme yang berkembang pada abad ke-19,
mempelajari struktur jiwa seseorang dengan menggunakan metode kesadaran.
Sedangkan aliran Fungsionalisme mempelajari setiap aktivitas manusia seperti
berpikir, emosi merupakan operasi-operasi dari sebuah lingkungan fisik, dan psikologi
Gestalt yang menekankan pada suatu totalitas.
Kerap sekali orang menganggap psikologi
tersebut sebagai ilmu yang netral (bebas nilai), padahal di balik setiap teori
maupun aliran psikologi, terdapat banyak perbedaan pendapat/ asumsi-asumsi yang
tidak netral dari masing-masing tokoh.
Berdasarkan perbedaan tersebut, makalah ini disusun
dengan tujuan untuk menjelaskan beberapa aliran psikologi seperti aliran Strukturalisme, Fungsionalisme, dan Gestalt dari pencentusnya dan menjawab rasa
keingintahuan tentang karakter manusia yang berbeda dan unik dari makhluk lainnya.
1.2.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
adalah:
1. Apa saja aliran psikologi strukturalisme,
fungsionalisme, dan gestalt itu?
2. Siapa saja tokohnya dari ketiga
aliran tersebut?
3.
Apa fungsi dari mempelajari aliran psikologi tersebut?
1.3.
TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini adalah
1. Memahami
latar belakang dan sejarah timbulnya aliran-aliran dalam psikologi.
2. Memahami
ketiga aliran psikologi tersebut, tokoh-tokohnya serta
pandangan-pandangan pokoknya dan karakteristik-karakteristik yang menonjol.
3. Memahami
bahwa tiap timbul aliran baru tentu ada latar belakang semangat jaman yang
sudah masak untuk mengadakan perubahan ke arah pandangan baru tersebut, atau
ada tokoh besar yang membawa pandangan-pandangan yang baru.
4. Memahami
pengaruh sejarah pandangan masa lampau bagi pandangan-pandangan masa kini, dan
pengaruh pandangan masa kini dalam memberi makna pada sejarah pandangan-pandangan
di masa lampau.
5. Mempelajari
sejarah dan aliran tersebut
sehingga dapat tumbuh menjadi mahasiswa yang berwawasan luas, bukan hanya pandai, tapi juga bijak,
terutama dalam menanggapi perbedaan-perbedaan pandangan dalam mengkaji perilaku
manusia, mampu bersikap kritis, bersikap toleran, penuh
pemahaman, dan selalu berkembang secara kreatif dalam memandang manusia dan
kehidupannya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
STRUKTURALISME
Struktur adalah sistem transformasi yang
mengandung kaidah sebagai sistem (sebagai lawan dari sifat unsur-unsur) dan
yang melindungi diri atau memperkaya diri melalui peran
transformasi-transformasinya, tanpa keluar dari batas-batasnya atau menyebabkan
masuknya unsur-unsur luar.
Pada pertengahan abad ke-19, yaitu pada
awal berdirinya psikologi sebagai satu disiplin ilmu yang mandiri, psikologi
didominasi oleh gagasan serta usaha mempelajari elemen-elemen dasar dari
kehidupan mental orang dewasa normal, melalui penelitian dengan menggunakan
metode introspeksi. Pada masa itu, tercatat satu aliran psikologi yang disebut
psikologi strukturalisme.
Strukturalisme menekankan pada
pengalaman mental yang kompleks, yang terdiri atas keadaan-keadaan mental yang
sederhana, kesadaran dan proses pembentukannya.
Tujuan psikologi, menurut kaum
strukturalis adalah menyelidiki apa, bagaimana, dan mengapa terjadi pengalaman
dan kesadaran. Kaum strukturalis memecahkan masalah relasi kesadaran dengan
otak atau tubuh, dengan jalan menggunakan prinsip
pararelisme psikofisikal, yaitu satu bentuk dualisme di mana jiwa dan tubuh
dianggap sebagai dua substansi yang terpisah satu dari lain tanpa interaksi di
antara keduanya; tetapi pararel antara satu dengan lainnya sedemikian rupa,
sehingga untuk setiap kejadian di dalam kesadaran selalu akan terdapat
peristiwa yang cocok dan sesuai di dalam tubuh. Tokoh psikologi strukturalisme
ini adalah Wilhelm Wundt.
Wilhelm Wundt (1832-1920) pada awalnya
dikenal sebagai seorang sosiolog, filsuf, dan ahli hukum, yang merupakan
sarjana hukum dan sarjana kedokteran di Heidelberg, Tubingen dan Berlin. Wilhelm
Wundt merupakan orang pertama yang mendirikan laboratorium psikologi di
Leipzig, yang merupakan awal berdirinya psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang
berdiri sendiri.
Wundt sangat dipengaruhi oleh 2 orang
tokoh lain yang dianggap sebagai gurunya, yaitu Helmholtz dan J. P. Muller,
yang membantunya mengombinasikan filsafat dengan ilmu pasti, seperti pada
bukunya System of Philosophy (1884).
Penelitian utama yang dilakukan oleh
Wundt dan mahasiswanya memusatkan pada upaya untuk menemukan unsur-unsur dasar,
atau “struktur” proses-proses mental. Strukturalisme sendiri menyelidiki
struktur kejiwaan. Kemudian, sistematika psikologi dari Wundt mengalami
perkembangan dari masa ke masa:
1.
1860-an à
Prasistematik
Persepsi
dan perbedaan antara perasaan (feeling) dan penginderaan (sensation) yang
didasarkan pada doktrin (unconscious inference).
2.
1874-1887 à
Elementisme, Sensasionisme, Assosiasionisme (Physiologische Psychologie).
Mulai
meninggalkan konsep-konsep unconscious
inference. Jiwa merupakan elemen-elemen penginderaan, perasaan dan
sebagainya yang dihubungkan dengan asosiasi (konsep yang dipinjam dari
tokoh-tokoh Inggris).
3.
1896 à
Fase Empirisme (Brundiss der Psychologie)
Teori
3 dimensi dari perasaan (feeling), terdapat 3 pasang kutub perasaan, yaitu:
a. Lust
- Unlust = senang – tak senang (pleasantness – unpleasantness)
b. Spannus
– Losuns = tegang – tak tegang (strain – relaxation)
c. Erreguns
– Beruhigung = semangat – tenang (excitement – calm)
4.
1902-1903 à
(Vilker Psychologie)
Konsep
apersepsi bertambah penting. Setiap rangsangan yang sampai ke indera manusia
selalu dipersepsikan, tetapi hanya yang secara aktif.
Eksperimenter
hanya dapat memberikan rangsang-rangsang untuk dipersepsikan oleh orang percobaan.
Dalam bukunya Volker Psychologie The
Higher Mental Processes, yaitu proses-proses mental lebih tinggi dari
penginderaan, perasaan, persepsi dan apersepsi.
Wundt
dengan tegas membedakan antara psikologi dan fisik:
Psikologi : “immediate experience” dan data-data,
bersifat fenomenal yang tidak permanen. Keseluruhanlah yang terpenting.
Fisik : “mediate experience” data-data
konseptual karena wujud bersifat permanen.
Wundt
menggunakan metode “selbs-beobachtung”
atau introspeksi, yang terdapat dalam fisik jiwa dan tubuh.
Tiga persoalan yang harus dibahas dalam
psikologi yang berdiri sendiri menurut Wundt adalah:
1. Analisa
dari proses kesadaran ke dalam elemen-elemen.
2. Penyelidikan
mengenai bagaimana terjadinya hubungan-hubungan antara elemen-elemen itu.
3. Penentuan
hukum-hukum yang mengatur hubungan-hubungan tersebut.
Pada
pendapat terakhir ini, nampaklah inkonsistensi teori-teori Wundt.
Analisis mengenai kesadaran ke dalam
elemen-elemennya, akan menghasilkan tiga hal yang tidak dapat dikurangi atau
lebih disederhanakan lagi, yaitu: penginderaan, gambaran dan keadaan afektif
(keadaan perasaan dan emosi). Masing-masing dari hal tersebut merupakan unsur
dalam penginderaan, yang tidak bisa dipecah-pecah lagi oleh analisis
introspektif. Akan tetapi, masing-masing dapat dituliskan berkenaan dengan
sifat-sifatnya. Semua unsur memiliki sifat kualitas, intensitas, dan lamanya
berlangsung. Kualitas merupakan sifat yang paling fundamental, yang
memungkinkan seseorang membedakan satu pengalaman dari pengalaman lainnya.
Untuk beberapa tahun lamanya,
strukturalisme merupakan aliran yang dominan dari psikologi di Amerika Serikat
dan Jerman; sesudah itu aliran tersebut banyak diserang oleh sistem-sistem
saingan lainnya. Di Amerika Serikat, fungsionalisme menjadi sistem favorit;
sedang di Jerman, psikologi Gestalt. Hal ini terjadi karena aliran ini tidak
mampu memperluas metodenya tentang tingkah laku, atau tidak mampu menyajikan
tes mental dan studi mengenai cara belajar.
2.2.
FUNGSIONALISME
Fungsionalisme (Functional Psychology) adalah aliran psikologi yang tumbuh di
Amerika serikat yang dipelopori oleh William James (sering disebut bapak
psikologi Amerika Serikat). Tokoh-tokoh lain juga terkenal yang dibagi dua
kelompok yaitu Chicago (Chicago School of Functionalism) didirikan John Dewey
dan kelompok Columbia (Columbia School of Functionalism) dengan tokohnya James
McKeen Cattell).
Fungsionalisme merupakan reaksi terhadap
pandangan/ aliran strukturalisme tentang keadaan-keadaan mental. Fungsionalisme
adalah suatu tendensi dalam psikologi yang menyatakan bahwa pikiran, proses
mental, persepsi indrawi, dan emosi adalah adaptasi organisme biologis sebagai
suatu jenis psikologi yang menggaris bawahi fungsi-fungsi dan bukan hanya
fakta-fakta dari fenomena mental, atau berusaha menafsirkan fenomena mental
dalam kaitan dengan peranan yang dimainkannya dalam kehidupan organisme itu,
dan bukan menggambarkan atau menganalisis fakta-fakta pengalaman atau kelakuan
yang mendekati masalah pokok dari sudut pandang yang dinamis, dan bukan dari
sudut pandang statis.
Apa pun rumusan tentang
fungsionalisme, aliran psikologi ini pada intinya merupakan doktrin bahwa
proses atau keadaan sadar seperti kehendak bebas, berpikir, beremosi,
memersepsi, dan mengindrai adalah aktivitas atau operasi dari sebuah organisme
dalam kesalinghubungan fisik dengan sebuah lingkungan fisik. Aktivitas ini
memudahkan kontrol organisme, daya tahan hidup, adaptasi, keterikatan atau
penarikan diri, pengenalan, pengarahan, dan lain-lain. Seluruh organisme dapat
dianalisis sebagai sebuah sistem umpan balik dan stimulus respons.
Fungsionalisme
merupakan paham yang tumbuh di Amerika Serikat dengan sifat-sifat bangsa
Amerika yang serba praktis dan pragmatis. Strukturalisme, di lain pihak, tumbuh
di Jerman, di tengah-tengah bangsa yang terkenal dengan keahliannya dalam
berfilsafat dan berteori. Dengan sendirinya, perbedaan latar belakang ini
menimbulkan berbagai perbedaan dalam pandangan antara kedua aliran ini
(Dirgagunarsa, 1996:56).
Aliran fungsionalisme ini mempelajari
fungsi dan tingkah laku atau proses mental, bukan hanya mempelajari struktural.
Metode yang dipakai oleh aliran fungsionalisme dikenal sebagai metode observasi
tingkah laku dan intropeksi .
1.
METODE OBSERVASI TINGKAH LAKU, terbagi menjadi 2 (dua) yaitu:
a.
Metode Fisiologis
Menguraikan tingkah laku dari
sudut pandang anatomi dan ilmu faal. Jadi, mempelajari perilaku
yang dikaitkan dengan organ-organ tubuh dan sistem sarafnya.
b.
Metode Variasi Kondisi
Tidak semua tingkah laku
manusia dapat dijelaskan dengan anatomi dan fisiologi, karena
manusia mempunyai sudut psikologis. Metode variasi kondisi inilah yang
merupakan metode eksperimen dari aliran fungsionalisme.
2.
METODE INTROSPEKSI
Stimulus berasal dari
lingkungan secara alamiah, bisa pada banyak bagian sekaligus sehingga jiwa
menunjukkan fungsinya. Metode ini terlalu bersifat subjektif sehingga sulit di
sistematikan dan sulit dikuantitatifkan.
WILLIAM
JAMES adalah seorang pendahulu yang dianggap
paling penting untuk aliran fungsionalisme. Pendidikan awalnya adalah seorang
dokter dan ia pertama kali mengajar fisiologis di Harvard pada tahun 1872.
Semenjak tahun 1878 ia mendalami filsafat dan psikologi serta mendapat gelar
professor untuk kedua bidang tsb. Menurut Lundin (1991), James lebih muncul
sebagai seorang filsuf daripada seorang psikolog. Pengaruhnya sangat kuat pada
aliran fungsionalisme, terutama kelompok Chicago school. Karya utamanya adalah Principles
of Psychology. Karya yang sering dijadikan rujukan untuk mahasiswa
psikologi tahun awal adalah Psychology : Briefer Course.
Menurutnya, fenomena adalah subyek dan kondisi adalah
proses fisiologis di otak; psikologi adalah natural science. Menurutnya, ada tiga
metode utama dalam psikologi, yaitu:
a. Introspection. Merupakan
metode penting dan utama dalam psikologi. Introspeksi yang dimaksud sangat
berbeda dengan introspeksi dalam aliran strukturalisme. Bagi James, introspeksi
adalah kecenderungan alamiah manusia, kemampuan untuk menyadari apa yang telah
terjadi.
b. Experimentation. James
mengakui metode ini sebagai metode penting namun tidak pernah melakukannya
sendiri. Ia menganggap metode ini perlu dieksplorasi lebih lanjut.
c. Comparative method. Metode
tambahan yang dapat digunakan untuk psikologi anak-anak, binatang, orang
primitif, dan penderita gangguan mental.
Dalam pandangan-pandangannya yang lain, tampak jelas
bahwa bagi James, proses
fisiologis
di otak dan di dalam tubuh manusia adalah representasi dari proses mental dan
hal ini adalah penentu tingkah laku dan menentukan bagaimana manusia
mempersepsikan lingkungan. James juga mengakui adanya proses habituasi yang
otomatis dan semakin tidak disadari, meskipun meninggalkan jejak dalam benak
manusia. Baginya, proses mind lebih penting daripada elemen-elemen mind itu
sendiri. Pandangan ini terwakili dengan jelas dalam teorinya tentang emosi,
bersama-sama Carl Lange, yang dikenal sebagai James-Lange Theory. (Baca
pandangan James tentang habit, instintct, emotion, reason dan memory, Lundin
hal 104-106)
James dikenal sebagai salah seorang psikolog terbesar
Amerika. Sebagai pribadi ia juga diakui populer dan charming, serta kemampuan
menulisnya sangat mengagumkan. Ia juga dikenal sebagai seorang penentang keras
aliran strukturalisme dari Wundt. Meskipun pada masanya idenya sangat
berpengaruh, dengan berlalunya waktu hanya sedikit pandangannya yang bertahan
hingga masa kini.
JOHN DEWEY (1859-1952) adalah seorang guru dan mendapat gelar PH.D dalam
bidang filsafat. Ia kemudian mengajar di University of Chicago dan ikut dalam
perkembangan fungsionalisme di Chicago. Tahun 1904 pindah ke Columbia
University dan tinggal di sana hingga akhir hayatnya.
Pandangan utamanya bahwa sebuah aksi psikologis adlaah
suatu kesatuan yang utuh, tidak dapat dipecah ke dalam bagian-bagian atau
elemen (seperti yang dilakukan oleh strukturalisme). Maka setiap psychological
events tidak bisa dipandang sebagai konstruk-konstruk abstrak. Akan lebih
bermanfaat apabila difokuskan pada fungsi psy. Events tersebut, yaitu dalam
konteksnya sebagai adaptasi manusia. Contoh : anak yang mengulurkan jarinya
sebagai respon adanya api dan terbakar.
JAMES ROWLAND ANGELL (1867-1949) Berasal dari keluarga terpelajar,
ayah dan kakeknya pernah menjabat sebagai rektor dari universitas besar di AS.
Ia memperoleh gelar M.A. dari Harvard dan menjadi murid William James di sana.
Sepanjang karirnya ia tidak pernah mendapat gelar Ph.D namun memperoleh 23
gelar doktor honoris causa. Ia menjabat kepala departemen psikologi dan pernah
menjabat sebagai presiden dari APA sejak tahun 1906 dan dalam jabatannya itu ia
terkenal dengan papernya erjudul “The
Province of Functional Psychology”.
Angell adalah seorang yang kritikal terhadap
strukturalisme. Pada masa keaktifannya, aliran fungsionalisme sedang berkembang
dan berjuang untuk memperoleh tempat yang mapan dalam khasanah dunia ilmu
sehingga juga memunculkan banyak kritik terhadap aliran strukturalisme yang
sudah lebih dlu mapan. Baginya, psychological entity tidak ada yang dapat
dipisah-pisah seperti sel dalam ilmu biologi. Psychological entity adalah
sebuah kompleks yang kita kenal sebagai persepsi. Hal ini jelas tidak sejalan
dengan strukturalisme.
Dalam paper-nya
ia mengemukakan tiga macam pandanganya terhadap fungsionalisme yaitu:
1.
Fungsionalisme adalah psikologi tentang “mental operation’’ (aktivitas
bekerjanya jiwa), sebagai lawan terhadap psikologi tentang elemen-elemen
mental.
2.
Fungsionalisme adalah psikologi tentang
kegunaan-kegunaan dasar dari kesadaran, dimana jiwa (mind) merupakan perantara antara lingkungan dan
kebutuhan-kebutuhan organisme. Untuk keadaan biasa yang tidak emergensi
(darurat), berfungsi kebiasaan (habit).
3.
Fungsionalisme adalah psikofisik, yaitu psikologi
tentang keseluran organisme yang terdiri dari badan dan jiwa. Ia mempelajari
juga hal-hal diluar kesadaran, misalnya kebiasaan (habit) dan setengah sadar (half consciousness).
EDWARD LEE THORNDIKE (1874-1949), pernah bekerja di “Teachers College of
Columbia” dibawah kepemimpinan James Mc. Keen Cattel. Thorndike lebih
menekankan penelitiannya pada cara dan dasar belajar. Dasar pembelajaran yaitu
asosiasi dan cara coba-salah (trial and error). Ia merumuskan beberapa prinsip:
The Law of Effect yaitu hukum yang
menyatakan intensitas hubungan antara stimulus-respons akan meningkat jika
mengalami keadaan yang menyenangkan, sebaliknya akan melemah jika keadaan tak
menyenangkan.
The Law of Exercise atau The Law of use
and disuse adalah hukum bahwa stimulus-respons dapat timbul atau didorong
dengan latihan berulangulang.
JAMES MCKEEN CATTELL (1860-1944), tokoh dari aliran fungsionalisme
Columbia. Ciri khas dari aliran Columbia “kebebasan dalam mempelajari tingkah
laku” yang dicerminkan dalam dua pandangan tentang fungsionalisme:
1.
Fungsionalisme tidak perlu menganut paham
dualisme, karena manusia dianggap sebagai keseluruhan yang merupakan kesatuan.
2.
Fungsionalisme tidak perlu deskriftif
dalam mempelajari tingkah laku, karena yang penting adalah fungsi tingkah laku,
jadi yang harus dipelajari adalah hubungan (korelasi) antara satu tingkah laku
dengan tingkah laku lainnya, atau antara suatu tingkah laku dengan suatu hal
yang terjadi di lingkungan.
ROBERT
SESSIONS WOODWORTH (1869-1962), berasal dari kelompok Columbia. Ia adalah tokoh
yang terkemuka da pernah mendapat mendali emas (1956) dari The American
Psychological Foundantion atas jasa-jasanya yang mempersatukan dan
mengorganisasikan psikologi di Amerika Serikat.
Pahamnya yang dikemukakan dalam buku Dynamic Psychology (1918) menyebabkan bahwa Wood worth patut
digolongkan dalam pengikut aliran psikodinamik., dan berpendirian bahwa metode
intropeksi tidak mesti harus dibuang demikian saj dalam penelitian psikologi.
Karena minatnya yag besar dalam hal mempelajari motivasi sebagai dasar tingkah
laku manusia, Woodworth sering disebut sebagai tokoh yang mempelopori ilmu
tentang motif, atau motivologi.
2.3.
PSIKOLOGI
GESTALT (Gestalt Psychology)
Psikologi Gestalt (Gestalt Psychology) merupakan
salau satu aliran atau posisi sistematis dalam bidang psikologi, dengan dampak
adanya penentuan bahwa pokok persoalan yang sejati bagi psikologi adalah: tingkah laku dan pengamalan sebagai kesatuan totalitas.
Beberapa derajat analisis memang diperbolehkan, namun hal ini harus dilihat
sebagai keanekaragaman fenomenologis; sebab analisis molekuler atau elementer
bisa merusak kualitas kesatuannya dari benda atau hal yang tengah dianalisis
itu. Mirip dengan hal ini, pengalaman yang disadari itu tidak dapat dipecahkan
menjadi elemen-elemen strukturalistis.
Unsur-unsur Keseluruhan
Keseluruhan dalam Pandangan Aliran Gestalt
Aliran Psikologi Gestalt sendiri dimulai
tahun 1912, yang pertama kali dikemukakan di Jerman oleh Max Wertheimer melalui
kertas karya-nya (seperti karya
ilmiah). Aliran ini mengkritik aliran ortodoks dari Wundt. Psikologi Gestalt
menekankan kritiknya pada penguraian kesadaran ke dalam elemen-elemen yang
dilakukan oleh strukturalismenya Wundt, tetapi Psikologi Gestalt masih mengakui
adanya unsur kesadaran itu sendiri, walaupun dalam bentuk yang utuh (totalitas,
tidak terbagi-bagi dalam elemen-elemen).
Istilah gestalt sendiri merupakan istilah bahasa Jerman yang mana
terjemahannya sukar dicari dalam bahasa-bahasa lain. Gestalt sendiri, menurut bahasa Jerman, memiliki arti bentuk, rupa,
sosok, potongan, perawakan. Terjemahannya ke dalam bahasa Inggris pun
bermacam-macam antara lain shape
psychology, convigurationism, whole psychology, dan sebagainya. Karena
adanya kesimpangsiuran dalam penerjemahan, akhirnya para sarjana di seluruh
dunia sepakat untuk menggunakan istilah “Gestalt” tanpa menerjemahkannya ke
dalam bahasa lain.
Untuk dapat mengerti arti yang
sebenarnya dari Psikologi Gestalt, kita perlu mempelajari ciri-ciri khas dari
aliran Psikologi Gestalt itu sendiri, yaitu bahwa Psikologi Gestalt mempelajari
suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas sebagai fenomena. Prinsip
mempelajari gejala sebagai totalitas, pertama kali dikemukakan oleh Christian von Ehrenfels (1859-1932):
tokoh yang merangsang timbulnya aliran Psikologi Gestalt ini, melalui eksperimennya
mengenai musik di tahun 1890. Alasannya: kalau kita mendengarkan sebuah lagu,
yang kita dengar bukan satu persatu notnya, melainkan gabungan not yang
menjadikannya disebut sebagai lagu. Komposisi ini merupakan keseluruhan yang
lebih penting artinya daripada not-not yang merupakan elemen-elemen. Suatu
komposisi lagu mempunyai sifat tertentu yang disebut emergent, yang tidak dimiliki oleh not-not dalam lagu itu secara
satu per satu. Kalau tangga nada lagu itu diubah, maka not-not dalam lagu itu
pun berubah, namun selama komposisinya masih tetap, maka emergent-nya masih sama, maka kita tetap akan mendengarkan lagu
yang sama.
Dalam Psikologi Gestalt, fenomena adalah
data yang paling dasar. Apa yang dialami seseorang adalah pengalaman fenomenal.
Dalam hal ini Psikologi Gestalt sependapat dengan pandangan filsafat
fenomenologi yang mengatakan bahwa pengalaman haruslah dilihat secara netral,
tidak dipengaruhi oleh apa pun. Di dalam fenomena, kita melihat dua unsur,
yaitu objek dan arti. Objek dari fenomena mempunyai sifat-sifat yang dapat
dideskripsikan, tetapi segera objek itu tertangkap oleh indera kita, maka kita
akan menerimanya sebagai informasi dan pada saat ini kita sudah memberi arti
pada objek itu.
Memang, seperti disinggung di awal, bagi
aliran Gestalt, yang utama bukanlah elemen, tetapi keseluruhan. Kesadaran dan
jiwa manusia tidak mungkin dianalisis ke dalam elemen-elemen. Gejala kejiwaan
harus dipelajari sebagai suatu keseluruhan atau totalitas. Keseluruhan, dalam
pandangan aliran Gestalt, lebih dari sekedar penjumlahan unsur-unsurnya.
Keseluruhan itu lebih dahulu ditanggapi dari bagian-bagiannya, dan
bagian-bagian itu harus memperoleh makna dalam keseluruhan. Arti atau makna
Gestalt bergantung pada unsur-unsurnya; dan sebaliknya, arti unsur-unsur itu
bergantung pula pada Gestalt.
Kaum psikolog Gestalt juga menolak
memperlakukan sistem syaraf sebagai sebuah struktur yang statis, dan seperti
mesin yang hanya mampu secara sedikit
demi sedikit atau sepotong demi
sepotong mereaksi terhadap perangsang yang masuk. Sebaliknya, kulit otak
dilihat sebagai analog atau sama dengan satu medan kekuatan yang ada dalam
keadaan keseimbangan aktif, dan didalamnya setiap perangsang yang masuk selalu
saja mempengaruhi keseluruhan medan tadi. Terlebih lagi, mengenai kulit otak,
sifatnya adalah isomorfis (punya bentuk kristal yang sama) terhadap
kejadian-kejadian eksternal. Artinya, dalam hal ini terdapat persesuaian yang
cocok (ada point for-point correspondence)
di antara kejadian-kejadian kortikal dan objek-objek di tengah lingkungan;
namun hubungan ini tidak menyajikan satu identitas. Malah sebaliknya, keduanya
berkaitan dengan cara yang sama, seperti suatu peta jalan yang erat berkaitan
dengan sebuah jalan rayanya. Peta tersebut memang mengubah pemandangan-pemandangan,
sedangkan tikungan-tikungan dan belokan-belokan jalan diratakan untuk
penyederhanaannya, namun relasi esensial atau yang dasar tetap tinggal sah.
Sebenarnya, teori mengenai Gestalt ini
dikembangkan oleh psikologi sosial. Teori ini berkembang dengan teori
S(timulus) – R(espons), yang juga dipakai oleh ilmu komunikasi. Teori ini
menandaskan bahwa “setiap kegiatan S—R mempunyau organisasi sendiri. Hal ini
disebabkan masing-masing orang mempunyai “cara” sendiri dalam persepsi,
belajar, berprestasi, dan memecahkan masalah. Karena itu, setiap individu
adalah Gestalt tersendiri, dan dari hubungan atau interaksi dua orang, terjadi
pola perngorganisasian tersendiri pula.
Pendapat ini dibuktikan oleh Eric Berne dalam teorinya games people play. Menurut Berne (1967),
setiap hubungan (sosial) dipengaruhi oleh Gestalt
sosial yang dibentuk bersama oleh komunikator dan komunikan. Dalam proses
komunikasinya akan terjadi suatu transaksi. Situasi
transaksi adalah hasil dari situasi S—R; sehingga, di samping pengiriman lambang,
terjadilah proses psikologis, yaitu transaksi stimulus dan transaksi respons.
Transaksi ini, menurut Eric Berne, bisa mempunyai implikasi (Berne,
1967:19,29):
1.
ritual
2.
pengisi waktu senggang
3.
permainan atau perlombaan
4.
hubungan intim
5.
kegiatan dan tindakan
Menurut
Psikologi Gestalt, manusia tidak memberikan respons pada stimuli secara
otomatis. Manusia adalah organisme aktif
yang menafsirkan dan bahkan mendistorsi lingkungan. Sebelum memberikan respons,
manusia menangkap terlebih dahulu “pola” stimulus secara keseluruhan dalam
satuan-satuan yang bermakna. Pola inilah yang disebut Gestalt.
Kontribusi Psikologi Gestalt yang paling
banyak dikenal ada di bidang persepsi
dan belajar. Konsep perseptual mengenai bentuk dan dasar, hukum-hukum
organisasi primitif dari persepsi—kedekatan, kontras, kemiripan, dan
kontiguitas atau berbatasan—prinsip-prinsip transposisi atau perubahan,
pengakhiran, bentuk yang bagus, dan Pragnaz, semuanya merupakan sumbangan
pikiran dari aliran Gestalt. Dalam kegiatan belajar, para psikolog Gestalt
terkenal dengan studi mereka mengenai wawasan atau insight, dan perluasan teori-teori mereka ke dalam bentuk cara
berpikir yang produktif pada subjek-subjek manusia. Adapun prinsip belajar
menurut Psikologi Gestalt adalah:
1. Manusia bereaksi dengan lingkunganya secara
keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi juga secara fisik,
emosional, sosial dan sebagainya.
2. Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan.
3. Manusia berkembang sebagai keseluruhan sejak dari
kecil sampai dewasa, lengkap dengan segala aspek-aspeknya.
4. Belajar adalah perkembangan kearah diferensiasi yang
lebih luas.
5. Belajar hanya berhasil bila tercapai kematangan
untuk memperoleh insight.
6. Tidak mungkin ada belajar tanpa ada kemauan untuk
belajar, motivasi memberi dorongan yang mengerakan seluruh organisme.
7. Belajar akan berhasil kalau ada tujuan.
8. Belajar merupakan suatu proses bila seseorang itu
aktif.
Pemikir
utama pada aliran Gestalt ini ialah MAX
WERTHEIMER, KOFFKA, dan WOLFGANG KOHLER.
a.
MAX WERTHEIMER (1880-1943)
Tokoh tertua dari tiga serangkai
tokoh-tokoh Gestalt ini dilahirkan di Praha pada tanggal 15 April 1880 dan
meninggal 12 Oktober 1943 di New York. Wertheimer pada suatu saat harus
berimigrasi ke Amerika Serikat karena alasan-alasan politis. Ia menjadi murid
dari Owslad Kulpe di Wurzburg dan mendapat gelar Ph.D. di universitas tersebut
pada tahun 1904. Setelah itu ia bekerja di beberapa tempat antara lain di
Praha, Berlin, dan Wina. Di tahun 1933, Wertheimer hijrah ke Amerika Serikat,
Wertheimer bekerja di New School of Social Research di New York sampai
meninggalnya.
Wertheimer sendiri dianggap sebagai
tokoh pendiri Psikologi Gestalt di tahun 1912, bersamaan dengan keluarnya karya
ilmiahnya yang berjudul “Experimental
Studies of the Perception of Movement”. Dalam kertas kerjanya ini ia
mengemukakan hasil eksperimennya dengan menggunakan alat yang disebut stroboskop, yaitu alat berbentuk kotak
yang diberi alat untuk melihat ke dalam kotak itu. Di dalam kotak terdapat
gambar dua buah garis, yang satu melintang dan yang lain tegak. Kedua gambar
itu sekaligus tidak terlihat, melainkan berganti-ganti. Mula-mula tampak garis
melintang, kemudian tampak garis tegak, kemudian melintang lagi dan demikian
seterusnya. Kesan yang akan terjadi adalah akan nampak bahwa garis itu bergerak
dari tegak ke melintang dan sebaliknya,
terus-menerus. Gerak yang disebut gerak stroboskopik ini merupakan gerak
yang semu, karena sesungguhnya garis-garis itu sendiri tidak bergerak melainkan
muncul berganti-ganti. Gejala ini disebut juga sebagai phiphenomenon dan dalam
kehidupan sehari-hari sering kita jumpai misalnya kalau kita menonton bioskop
atau melihat lampu-lampu reklame yang bergerak-gerak.
Menurut Wertheimer, gerak stroboskopik
ini tidak dapat diterangkan dengan teori strukturalisme dan elementisme, tetapi
hanya diterangkan dengan teori Gestalt, yaitu bahwa seseorang melihat
lingkungannya secara menyeluruh. Persepsi holistik dalam gerak stroboskopik di
atas dimungkinkan karena penglihatan kita tidak hilang demikian saja bersama
dengan menghilangnya rangsang, melainkan meninggalkan jejak tertentu di otak
(isomorfi). Pada waktu garis yang kedua muncul, jejak dari garis yang pertama
masih tertinggal di otak, sehingga memungkinkan orang yang bersangkutan
menghubungkan garis yang kedua dengan garis yang pertama dan sebaliknya. Dengan
demikian terjadilah kesan gerakan dari garis-garsi itu.
Dalam bukunya Investigation of Gestalt Theory (1923), Wertheimer mengemukakan
hukum-hukum Gestalt untuk pertama kalinya, yaitu:
1.
Hukum kedekatan (law of proximity): Hal-hal yang saling berdekatan dalam waktu atau
tempat cenderung dianggap sebagai suatu totalitas.
2.
Hukum ketertutupan (law of closure): Hal-hal yang cenderung menutup akan membentuk
kesan totalitas tersendiri.
3.
Hukum kesamaan (law of equivalence): Hal-hal yang mirip satu sama lain, cenderung
dipersepsikan sebagai suatu kelompok atau suatu totalitas.
Dalam
buku itu, Wertheimer mengatakan bahwa sebagai akibat dari hukum-hukum Gestalt
di atas, maka terjadilah kecenderungan persepsi spontan, yaitu begitu mempersepsikan
suatu gejala, maka akan diberi arti langsung (kundgabe) tanpa meneliti terlebih dahulu.
b.
KURT KOFFKA (1886-1941)
Koffka lahir di Berlin, 18 Maret 1886,
meninggal di Northampton, Massachusetts, Amerika serikat tanggal 22 November
1941. Memperoleh gelar Doktor pada tahun 1908 di bawah bimbingan C. Stumpf di
Berlin dengan tesisi studi empiris tentang irama. Kemudian, suatu ketika ia
bertemu Wertheimer dan Kohler, dan bersama kedua orang itu, Koffka mendirikan
aliran Psikologi Gestalt di Berlin. Pada tahun 1918 menjadi guru besar luar
biasa di Giessen sampai tahun 1924. Ia meninggalkan Jerman pada tahun 1924 dan
mengajar di universitas-universitas di Amerika Serikat.
Sumbangan Koffka kepada Psikologi adalah
penyajian yang sistematis dan pengamalan dari prinsip-prinsip Gestalt dalam
rangkaian gejala psikologi, dari mulai persepsi, belajar, mengingat, sampai
kepada psikologi belajar dan psikologi sosial.
Sebagai penulis yang produktif, Koffka
mengemukakan pikiran-pikirannya tentang Psikologi Gestalt dalam berbagai
publikasinya. Pada tahun 1923, ia mulai menerbitkan jilid pertama dari buku Contribution to Gestalt Psychology yang
menjawab kritik-kritik yang ditujukan kepada Psikologi Gestalt. Selanjutnya,
dalam bukunya Principles of Psycholoical
Development: An Introduction to Child Psychology (1921) untuk pertama
kalinya Koffka mengamalkan prinsip-prinsip Gestalt pada psikologi anak. Ia
percaya bahwa proses perkembangan pada hakikatnya adalah hasil interaksi antara
kondisi-kondisi internal dan eksternal.
Beberapa teori Koffka tentang belajar
ialah:
1.
Salah satu faktor yang penting dalam
belajar adalah jejak-jejak ingatan (memori
traces), yaitu pengalaman-pengalaman yang membekas pada tempat-tempat
tertentu di otak.
2.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada
ingatan bersamaan dengan jalannya waktu tidak melemahkan jejak-jejak ingatan
itu (dengan perkataan lain tidak menyebabkan terjadinya lupa), melainkan
menyebabkan perubahan jejak, karena jejak ingatan itu cenderung diperhalus dan
disempurnakan untuk mendapatkan Gestalt yang lebih baik dalam ingatan.
3.
Latihan-latihan akan memperkuat jejak
ingatan.
c.
WOLFGANG KOHLER (1887-1967)
Lahir di Reval, Estonia, pada tanggal 21
Januari 1887 dan meninggal di Lebanon, New Hampsire, Amerika Serikat, pada
tanggal 11 Juni 1967. Kohler memperoleh gelar Ph.D. pada tahun 1908 di bawah
bimbingan C. Stumpf di Berlin. Ia kemudian pergi ke Frankfurt sebagai asisten
F. Schurmann. Ia berjumpa dengan Wertheimer dan Koffka. Mereka bertiga kemudian
mengadakan eksperimen-eksperimen yang bersejarah itu yang akhirnya membawa
mereka kepada berdirinya aliran Psikologi Gestalt, atau disebut juga aliran
Berlin.
Kohler memang tidak seproduktif Koffka
dalam karya-karya tulisnya, tetapi nampaknya memang sudah ada pembagian tugas
antara tiga serangkai tokoh Gestalt ini: Wertheimer adalah tokoh yang
mengemukakan ide, Kohler mengadakan eksperimen dari ide Wertheimer, dan Koffka
yang menulis teori-teori Wertheimer maupuan hasil ekperimen Kohler.
Karya Kohler yang paling terkenal adalah
penyelidikannya menganai tingkah laku simpanse. Kohler membuat eksperimen
tersebut dan membuktikan bahwa primata pun terdapat pemahaman (insight). Eksperimen selanjutnya adalah
tentang diskriminasi visual pada ayam. Menurutnyam ayam tidak melihat kotak
secara satu persatu, melainkan melihatnya dalam hubungan dengan kotak-kotak
lain di dekatnya. Ayam cenderung melihat hubungan antara stimulus-stimulus dan
lebih mengutamakan relativitas, disebut sebagai hukum transposisi (law of transposition).
Karya-karya Kohler antara lain adalah: Intelligence in Apes (1925), The Mentality of Apes (1927), Gestalt Psychology (1929).
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari pemaparan diatas dapat kami simpulkan bahwa, psikologi
sebagai suatu disiplin ilmu dari tahun ketahun semakin menampakkan
kapasitasnya, terutama konstribusinya dalam perkembangan ilmu psikologi.
Aliran-aliran psikologi dalam menyikapi kejiwaan seseorang
cenderung berbeda, seperti aliran strukturalisme yang beranggapan bahwa
psikologi merupakan pengalaman manusia yang dipelajari dari sudut pandang
pribadi yang mengalaminya. Sedangkan aliran fungsionalisme menekankan kegiatan
(proses) mental sebagai pokok persoalan yang sebenarnya bagi psikologi, sebagai
lawan dari psikologi struktural yang menekankan masalah kesadaran. Lain lagi
dengan aliran Gestalt yang menyatakan bahwa, persepsi manusia terjadi secara
menyeluruh bukan sepotong-sepotong atau parsial.
SARAN
1.
Kita harus lebih bijak
dalam menyikapi perilaku seseorang menurut pandangan ketiga aliran tersebut,
ketika nampak lahir orang tersebut buruk belum tentu batinnya juga demikian.
2.
Kita harus memformulasikan
pendapat-pendapat para pakar psikolgi dalam menyikapi aliran ataupun pandangan
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006.
King, L.A. Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta: Salemba
Humanika, 2010.
Sarwono, S.W. Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi. Jakarta:
Bulan Bintang, 2002.
Sobur, A., Psikologi Umum: Dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Pustaka Setia, 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar